Depok – Sebuah tragedi mengerikan telah mengguncang kota Depok ketika seorang anak, Rifki Azis Ramadan (23), melakukan tindakan mengerikan dengan menusuk ibu kandungnya sendiri, Sri Widiastuti (43), hingga menyebabkan kematiannya. Lebih lanjut, ia juga membacok ayahnya, Ajis Munir (49), dengan menggunakan sebilah golok, yang mengakibatkan luka serius pada ayahnya.
Peristiwa mengerikan ini terjadi di Cimanggis, Depok, dan telah mengguncang warga sekitar. Kejadian ini membawa duka mendalam dan pertanyaan besar tentang apa yang mungkin telah terjadi dalam keluarga tersebut. Bagaimana mungkin anak dapat melakukan kekerasan sedemikian rupa terhadap orang tuanya sendiri?
Kondisi Sang Ayah dan Pengakuan Sang Tersangka
Ajis Munir, ayah dari pelaku Rifki, telah mengalami luka-luka serius akibat serangan golok oleh anaknya sendiri. Namun, ada kabar baik bahwa kondisinya mulai membaik. Polisi telah melakukan pemeriksaan awal terhadap Ajis, dan dia sudah dapat diajak berkomunikasi.
Rifki Azis Ramadan, sang tersangka, mengakui perbuatannya yang mengerikan ini. Dalam pengakuan yang mengguncang hati, Rifki mengaku menyesal dengan sangat atas tindakannya yang mengerikan ini. Ia bahkan meminta maaf kepada ibu dan ayahnya di tengah perasaan penyesalan yang mendalam.
Hati yang Penuh Dendam
Dalam pengakuan yang lebih lanjut, Rifki mengungkapkan perasaan sakit hati dan kebenciannya terhadap orang tuanya. Ia mengungkapkan bahwa perasaan tersebut sudah lama ia pendam, hingga akhirnya tak terbendung lagi. Bahkan sejak masa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), Rifki mengungkapkan bahwa ia sering kali dimarahi oleh orang tuanya.
Menurut Rifki, kejadian ini menjadi pelampiasan dari semua kekesalan dan ketidakpuasan yang ia rasakan terhadap orang tuanya. Ia merasa bahwa segala yang ia alami telah dibiarkan terpendam begitu saja oleh orang tuanya, hingga akhirnya meledak dalam tindakan mengerikan ini.
Tanya Besar: Apa yang Memicu Kejadian Mengerikan Ini?
Kejadian ini telah membuat banyak orang bertanya-tanya tentang apa yang mungkin telah terjadi dalam keluarga ini. Bagaimana perasaan dan pikiran seorang anak bisa berubah menjadi begitu gelap sehingga ia mampu melakukan tindakan kekerasan mengerikan terhadap orang tuanya sendiri?
Kasus ini menjadi pengingat yang tragis tentang kompleksitas dinamika keluarga dan pentingnya mendukung kesejahteraan mental setiap anggota keluarga. Mungkin saatnya bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap isu-isu kesehatan mental dan mendukung mereka yang membutuhkan bantuan.
Tragedi ini telah meninggalkan luka yang dalam di hati banyak orang, dan semoga kejadian ini dapat menjadi titik awal untuk lebih memahami dan mendukung keluarga dalam menjaga kesehatan mental dan emosional mereka.