Konflik keluarga harmonis – Wang Lei dan Tieu Lan menggambarkan situasi keluarga di mana seorang suami merasa curiga bahwa sang istri menelantarkan ibu mertuanya setelah mendapatkan aduan. Dalam rangka mencari kebenaran, Wang Lei memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Wang Lei dan Tieu Lan telah menjalani pernikahan selama 10 tahun dan tinggal di provinsi Shaanxi, China. Menurut cerita, mereka memiliki hubungan harmonis dan bahagia. Wang Lei dikenal sebagai pria yang bertanggung jawab yang bekerja keras untuk menyokong keluarganya secara finansial, sedangkan Tieu Lan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak-anak.
Namun demikian, ada tantangan baru dalam hidup mereka ketika ibu Wang Lei berusia lebih dari 70 tahun tidak dapat lagi mengurus dirinya sendiri setelah ayahnya meninggal beberapa tahun lalu. Sebagai putra tunggal, Wang Lei memutuskan untuk menjemput ibunya agar tinggal bersama mereka.
Awalnya, Wang Lei yakin bahwa sang istri memperlakukan ibunya dengan baik, menjaga dan merawatnya seperti keluarga sendiri. Namun, semuanya berubah pada suatu malam ketika kejadian tak terduga membuat Wang Lei terguncang.
Pada malam tersebut, Wang Lei pulang terlambat dan menemukan ibunya masih terjaga di tengah malam. Kejutan yang lebih besar datang saat sang ibu mengakui bahwa ia sangat lapar dan tidak bisa tidur karena kekurangan makanan. Dalam pengakuan yang memilukan, sang ibu mengungkapkan bahwa istri Wang Lei dan anak-anak mereka tidak memberinya makan setiap hari, sehingga ia merasa hampir mati kelaparan.
Pengakuan ini mengguncangkan Wang Lei dan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan sulit dalam pikirannya. Kepercayaannya terhadap perlakuan baik sang istri terhadap ibunya mulai terkikis, dan ia harus mencari kebenaran di balik pengakuan pahit yang diterima dari ibunya. Kisah ini menciptakan sebuah konflik emosional dalam keluarga, menggambarkan betapa kompleksnya tugas dan tanggung jawab dalam hubungan antara pasangan dan keluarga yang lebih besar.
Berbagai pertanyaan melingkupi pikiran Wang Lei saat dugaan perlakuan istri terhadap ibunya mengusik hatinya. Dalam upaya untuk mencari jawaban, dia menuju dapur dan menemukan Tieu Lan masih sibuk merapikan. Dalam momen tersebut, dia dengan lembut bertanya tentang makanan apa yang telah dipersiapkan istri untuk keluarga mereka.
Dengan jujur, Tieu Lan menjawab pertanyaan suaminya dan menceritakan menu makanan yang telah dia masak untuk keluarga mereka. Namun, pertanyaan-pertanyaan tentang perlakuan terhadap ibu mertua tetap memenuhi pikiran Wang Lei.
Sebagai seorang yang tahu bahwa istri tidaklah tipe orang yang akan menelantarkan ibu mertuanya, Wang Lei merasa dalam dilema. Namun, keraguan masih menghantui dirinya, apalagi saat sang ibu mertua mengklaim bahwa dia tidak diberi makan dan merasa kelaparan. Wang Lei merasa sulit untuk mempercayai bahwa sang ibu akan mengarang cerita hanya untuk merugikan menantunya.
Dalam upaya mencari kebenaran, Wang Lei memutuskan untuk memasang kamera tersembunyi di rumah mereka. Pilihan ini muncul dari ketidakpastian dan kerinduan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai apa yang terjadi di rumah selama dia tidak berada di sana.
Pada hari berikutnya, gambaran yang lebih jelas terungkap ketika sang ibu mertua sekali lagi mengadu bahwa dia tidak diberi makan hingga merasa kelaparan. Pengakuan ini menggambarkan adanya ketegangan dan konflik di dalam keluarga, dan keputusan Wang Lei untuk memasang kamera tersembunyi memberikan dimensi baru dalam usahanya untuk memahami kebenaran di balik dugaan tersebut.
Wang Lei pun langsung mengeluarkan ponselnya untuk melihat rekaman CCTV.
Setelah mengetahui kebenarannya, Wang Lei pun menangis.
Apa yang terekam di CCTV begitu kontras dengan ucapan ibu.
Istri Wang Lei sama sekali tidak membiarkan mertuanya kelaparan.
Tieu Lan memasak makanan banyak dan menggiurkan.
Ia juga begitu telaten merawat sang mertua dengan sangat hati-hati.
Melihat rekaman CCTV tersebut, Wang Lei sadar bahwa menjadi seorang istri tidaklah mudah.
Ternyata ibunda Wang Lei mengidap demensia di usia tua.
Ibunda Wang Lei sering mengeluh kelaparan padahal ia lupa kalau sudah makan.
Wang Lei pun merasa kasihan dengan sang ibu yang mengidap demensia.
DI satu sisi, ia juga merasa kasihan dan malu pada sang istri karena hamppir menyalahkannya.